Kamis, 23 Februari 2012

 
 
 
 
 
 
96 Votes
Masihkah Anda dapat mengingat masa dimana Anda mulai tertarik dengan sesorang dan merasa jatuh cinta kepadanya? Masa dimana Anda akan melakukan berbagai hal untuk dapat menarik perhatian orang yang Anda sukai — mulai dari melakukan berbagai hal cheesy seperti menyukai segala hal yang ia sukai hingga berusaha menjadi sosok yang selama ini berbeda dari kepribadian yang selama ini Anda tampilkan. Cinta memang sebuah kekuatan yang aneh. Pada beberapa orang, cinta dapat memberikan sebuah pengaruh buruk. Namun untungnya, pada banyak orang lainnya, cinta membuat mereka untuk menjadi sesosok manusia yang lebih baik bagi orang yang mereka cintai.
Dalam Crazy Little Thing Called Love, seorang gadis berusia 14 tahun, Nam (Pimchanok Luevisetpaibool), untuk pertama kalinya merasakan adanya getaran cinta di dalam hatinya kepada salah seorang seniornya, Chon (Mario Maurer). Masalahnya, dengan wajah Chon yang sangat tampan — dan ditambah dengan kepribadian yang menarik serta kemampuan olahraga yang mengagumkan — Nam bukanlah satu-satunya gadis di sekolah tersebut yang jatuh hati terhadap Chon. Dengan wajah dan kepribadian yang biasa saja, jelas Nam bukanlah seorang kontender favorit yang dapat memenangkan hati Chon. Dengan bantuan teman-temannya, dan sebuah buku yang berisi berbagai metode untuk mendapatkan hati seorang pria, Nam mulai melakukan berbagai prubahan pada dirinya. Suatu perubahan yang secara perlahan, tanpa disadari Nam, malah membuatnya menjadi seorang yang lebih baik dari sebelumnya.
Ya… jalan cerita Crazy Little Thing Called Love sangatlah sederhana dan cenderung cheesy. Sama sederhana dancheesy-nya dengan pengalaman siapapun pada saat mereka sedang mengalami jatuh cinta untuk pertama kalinya. Dengan jalan cerita yang sangat familiar, jelas keunggulan utama film ini bukan berada pada departemen penulisan naskah. Walau begitu, naskah cerita yang ditulis oleh dua sutradara film ini, Putthiphong Promsakha na Sakon Nakhon dan Wasin Pokpong, sama sekali tidak buruk mengingat mereka berhasil memadukan jalan cerita yang sederhana dan familiar tersebut dengan elemen komedi yang banyak tercermin dari dialog-dialog yang segar di sepanjang film ini serta, tentu saja, kisah cinta yang mampu menyentuh siapapun yang pernah merasakan jatuh cinta itu sendiri. Cukup manishuh?
Sama seperti film-film drama komedi sejenis yang mengisahkan mengenai transformasi seorang karakter yang biasa saja pada awalnya menjadi seorang karakter yang menarik di akhir cerita, Crazy Little Thing Called Love juga berjuang untuk mempertahankan sisi menarik kisahnya ketika sang karakter utama telah berubah menarik. Sayangnya, usaha ini dapat dikatakan kurang begitu dapat dieksekusi dengan baik ketika bagian pertengahan film ini terasa sedikit hambar jika dibandingkan dengan bagian sebelumnya. Plot cerita tambahan mengenai guru Nam, Inn (Sudarat Budtporm), yang dikisahkan mengejar perhatian guru lainnya, juga kurang berhasil mengisi kekosongan ruang dalam film ini dan seringkali hanya terasa sebagai perulangan kisah cinta Nam namun berasal dari karakter yang lebih dewasa.
Letak keberhasilan utama Crazy Little Thing Called Love dalam menyampaikan jalan ceritanya adalah karena sutradara film ini berhasil mendapatkan jajaran pemeran yang mampu dengan sangat baik menghidupkan setiap karakter yang mereka bawakan, khususnya Pimchanok Luevisetpaibool yang berhasil memerankan karakter Nam dan menjadikannya sebagai sesosok karakter yang sangat menyenangkan di balik seluruh keluguannya dalam mengenal cinta pertamanya. Karakter Nam sendiri menjadi terasa begitu hidup berkat dukungan tiga karakter sahabatnya yang selalu dapat diandalkan dalam memberikan berbagai adegan komedi untuk film ini.
Sebagai lawan main Pimchanok Luevisetpaibool, aktor muda, Mario Maurer, memang sangat tepat untuk memerankan Chon yang menjadi idola seluruh gadis di sekolahnya. Walau sepertinya hal tersebut tidak membutuhkan kemampuan akting yang terlalu mendalam, penampilan Maurer sebagai Chon tidak sepenuhnya mengecewakan. Setidaknya ia juga berhasil dalam menampilkan sisi sensitif karakternya yang datang ketika karakter tersebut berhubungan dengan masalah masa lalu sang ayah atau perjuangannya dalam berusaha untuk membuktikan kemampuannya dalam bidang fotografi dan sepakbola.
Seperti film-film drama komedi romansa remaja karya John Hughes di tahun 1980-an, Crazy Little Thing Called Lovecukup mampu menuturkan sebuah kisah cinta pertama yang familiar dengan ritme komedi yang sangat menghibur. Durasi yang mencapai 118 menit memang sedikit terlalu panjang mengingat beberapa adegan di film ini justru terasa hambar akibat eksekusi atas jalan cerita yang dilakukan terlalu berlebihan dan bertele-tele. Beberapa karakter dan plot cerita tambahan juga kurang begitu mampu dikembangkan dengan baik, walaupun setiap pemerannya berhasil memberikan gambaran yang cukup baik atas karakter yang mereka perankan. Bukan sebuah karya yang istimewa namun cukup berhasil menjadi sebuah hiburan yang menyegarkan.
Crazy Little Thing Called Love (Work Point/Sahamongkol Film International, 2010)
Crazy Little Thing Called Love (Sing Lek Lek Thee Riak Wa… Ruk) (2010)
Directed by Putthiphong Promsakha na Sakon Nakhon, Wasin PokpongProduced by Somsak Tejcharattanaprasert, Panya Nirankol Written byPutthiphong Promsakha na Sakon Nakhon, Wasin Pokpong Starring Mario Maurer, Pimchanok Luevisetpaibool, Sudarat Budtporm, Peerawat Herapath, Pijitra Siriwerapan, Acharanat Ariyaritwikol, Kachamat Pormsaka Na-Sakonnakorn Cinematography Reungwit Ramasudh Studio Work Point/Sahamongkol Film International Country Thailand Language Thai
ADVERTISEMENT

semua tentang BREBES BERHIAS


Ada beberapa pendapat mengenai asal - usul nama Brebes yang di antaranya berasal dari kata di antaranya Brebes berasal dari kata "Bara" dan "Basah", bara berarti hamparan tanah luas dan basah berarti banyak mengandung air. Keduanya cocok dengan keadaan daerah Brebes yang merupakan dataran luas yang berair.Karena perkataan bara di ucapkan bere sedangkan basah di ucapkan besah maka untuk mudahnya di ucapkan Brebes. Dalam Bahasa Jawa perkataan Brebes atau mrebes berarti tansah metu banyune yang berarti selalu keluar airnya.
Nama Brebes muncul sejak zaman Mataram. Kota ini berderet dengan kota-kota tepi pantai lainnya seperti Pekalongan,Pemalang ,dan Tegal. Brebes pada saat itu merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Tegal.
Pada tanggal 17 Januari 1678 di Jepara diadakan pertemuan Adipati Kerajaan Mataram se Jawa Tengah, termasuk Arya Martalaya, Adipati Tegal dan Arya Martapura, Adipati Jepara. Karena tidak setuju dengan acara penandatanganan naskah kerjasama antara Amangkurat Admiral dengan Belanda terutama dalam menumpas pemberontakan Trunajaya dengan imbalan tanah-tanah milik Kerajaan Mataram, maka terjadi perang tanding antara kedua adipati tersebut. Peristiwa berdarah ini merupakan awal mula terjadinya Kabupaten Brebes dengan Bupati berwenang .Sehari setelah peristiwa berdarah tersebut yaitu tanggal 18 Januari 1678, Sri Amangkurat II yang berada di Jepara mengangkat beberapa Adipati/ Bupati sebagai pengagganti Adipati-adipati yang gugur. Untuk kabupaten Brebes di jadikan kabupaten mandiri dengan adipati Arya Suralaya yang merupakan adik dari Arya Martalaya. Pengangkatan Arya Suralaya sekaligus titimangsa pemecahan Kadipaten Tegal menjadi dua bagian yaitu Timur tetap di sebut Kadipaten Tegal dan bagian barat di sebut Kabupaten Brebes.

Geografi

Berdasarkan naskah kuno primer Bujangga Manik (yang menceriterakan perjalanan Prabu Bujangga Manik, seorang pendetaHindu Sunda yang mengunjungi tempat-tempat suci agama Hindu di pulau Jawa dan Bali pada awal abad ke-16), yang saat ini disimpan pada Perpustakaan Boedlian, Oxford UniversityInggris sejak tahun 1627, batas Kerajaan Sunda di sebelah timur adalah Ci Pamali (sekarang disebut sebagai Kali Brebes atau Kali Pemali yang melintasi pusat kota Brebes) dan Ci Serayu (yang saat ini disebut Kali Serayu) di Provinsi Jawa Tengah.Kabupaten Brebes terletak di bagian Utara paling Barat Provinsi Jawa Tengah, di antara koordinat 108° 41'37,7" - 109° 11'28,92"Bujur Timur dan 6° 44'56'5" - 7° 20'51,48 Lintang Selatan dan berbatasan langsung dengan wilayah Provinsi Jawa Barat. Penduduk Kabupaten Brebes mayoritas menggunakan bahasa Jawa yang yang mempunyai ciri khas yang tidak dimiliki oleh daerah lain, biasanya disebut dengan Bahasa Jawa Brebes. Namun terdapat Kenyataan pula bahwa sebagian penduduk Kabupaten Brebes juga bertutur dalam bahasa Sunda dan banyak nama tempat yang dinamai dengan bahasa Sunda menunjukan bahwa pada masa lalu wilayah ini adalah bagian dari wilayah Sunda. Daerah yang masyarakatnya sebagian besar menggunakan bahasa Sunda atau biasa disebut dengan Bahasa Sunda Brebes, adalah meliputi KecamatanSalem,Banjarharjo,dan Bantarkawung, dan sebagian lagi ada di beberapa desa di KecamatanLosari,Tanjung,Kersana,Ketanggungan dan Larangan.

Ibukota kabupaten Brebes terletak di bagian timur laut wilayah kabupaten. Kota Brebes bersebelahan dengan Kota Tegal, sehingga kedua kota ini dapat dikatakan "menyatu".
Brebes merupakan kabupaten yang cukup luas di Provinsi Jawa Tengah. Sebagian besar wilayahnya adalah dataran rendah. Bagian barat daya merupakan dataran tinggi (dengan puncaknya Gunung Pojoktiga dan Gunung Kumbang), sedangkan bagian tenggara terdapat pegunungan yang merupakan bagian dari Gunung Slamet.
Dengan iklim tropis, curah hujan rata-rata 18,94 mm per bulan. Kondisi itu menjadikan kawasan tesebut sangat potensial untuk pengembangan produk pertanian seperti tanaman padi, hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan dan sebagainya.
UtaraLaut Jawa
SelatanKabupaten CilacapKabupaten Banyumas
BaratKabupaten CirebonKabupaten Kuningan (Jawa Barat)
TimurKabupaten TegalKota Tegal

Bupati yang Pernah Menjabat


Kecamatan-kecamatan yang terdapat di Kabupaten Brebes, yaitu:
  1. Banjarharjo
  2. Bantarkawung
  3. Brebes
  4. Bulakamba
  5. Bumiayu
  6. Jatibarang
  7. Kersana
  8. Ketanggungan
  9. Larangan
  10. Losari
  11. Paguyangan
  12. Salem
  13. Sirampog
  14. Songgom
  15. Tanjung
  16. Tonjong
  17. Wanasari





Perekonomian


Bawang Merah Brebes
  • Pertanian dan perkebunan
Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trade mark mengingat posisinya sebagai penghasil terbesar komoditi tersebut di tataran nasional. Pusat bawang merah tersebar di 11 kecamatan (dari 17 kecamatan) dengan luas panen per tahun 20.000 - 25.000 hektar. sentra bawang merah tersebar di Kecamatan Brebes, Wanasari, Bulakamba, Tonjong, Losari, Kersana, Ketanggungan, Larangan, Songgom, Jatibarang, dan sebagian Banjarharjo.
Sektor pertanian merupakan sektor yang dominan di Brebes. Dari sekitar 1,7 juta penduduk Brebes, sekitar 70 persen bekerja pada sektor pertanian. Sektor ini menyumbang 53 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Brebes, yang 50 persen dari pertanian bawang merah. Budidaya bawang merah diperkirakan mulai berkembang di Brebes sekitar tahun 1950, diperkenalkan warga keturunanTionghoa yang tinggal di Brebes. Hingga kini budidaya bawang merah menjadi napas kehidupan masyarakat.
Berbagai varietas bawang unggulan juga dihasilkan dari Brebes, antara lain varietas Bima Brebes yang berwarna merah menyala, rasa lebih pedas, dan lebih keras dibandingkan bawang dari luar daerah atau luar negeri. Saat ini, sekitar 23 persen pasokan bawang merah nasional berasal dari Brebes. Sementara untuk wilayah Jawa Tengah, Brebes memasok sekitar 75 persen kebutuhan bawang merah.
Di sektor pertanian sebagai sektor dominan, Kabupaten Brebes tidak hanya menghasilkan bawang merah, namun terdapat komoditas lain. Berbagai komoditas lain yang memiliki potensi sangat besar untuk dikembangkan bagi para investor baik yang berasal dari dalam maupun dari luar Kabupaten Brebes antara lain: kentang granulacabe merah dan pisang raja,bawang daun dan kubis. Tanaman perkebunan yang berkembang antara lain : nilamtebutehcengkehkapaskapulagamlinjo dan kopi jenis robusta. Produk buah - buahan yang cukup signifikan antara lain ; manggasemangka dan rambutan.
  • Peternakan
Di luar sektor pertanian dan perkebunan, Kabupaten Brebes juga mempunyai potensi hijauan makanan ternak yang melimpah dan tersebar hampir di setiap kecamatan. Kondisi itu menjadikan kabupaten ini berkembang berbagai usaha peternakan baik jenis ternak besar maupun kecil antara lain; ternak sapi (jenis lokal sapi jabres), kerbau, domba, kelinci rex, ayam petelur, ayam kampung, ayam potong dan itik. Telur hasil ternak itik diolah oleh masyarakat setempat menjadi produk telur asin yang popularitas atas kualitasnya sangat dikenal dan tidak diragukan. Banyak yang menyebut Brebes adalah Kota Telur Asin.
  • Kehutanan
Di sektor kehutanan yang tersebar diwilayah bagian selatan, komoditas yang menjadi unggulan yaitu jatipinusmahoni dan sonokeling yang produksinya cukup mengalami peningkatan.
  • Pertambangan dan bahan galian
Kabupaten Brebes memiliki beberapa potensi sumber daya mineral yang potensial untuk dieksploitasi, meliputi batu kapur, trass, batu splite , dan batu bata, serta potensi sumber minyak bumi dan panas bumi.
  • Cadangan batu bara muda
Di wilayah Kabupaten Brebes bagian selatan, ditemukan potensi cadangan batu bara muda di desa Bentarsari sebanyak 24,24 juta ton dengan kandungan minyak mencapai 5,30 liter per ton berdasarkan temuan Kementerian ESDM di tahun 2008. Kandungan batu bara muda ini baru dapat dimanfaatkan sekitara 50 sampai 100 tahun ke depan karena menunggu proses pelapukan dan pengkristalan
  • Perikanan
Sebagai salah satu daerah yang terletak dalam wilayah pantai utara Pulau Jawa, Kabupaten Brebes mempunyai 5 wilayah kecamatan yang cocok untuk mengembangkan produksi perikanan yakni BrebesWanasariBulakambaTanjung dan Losari. Hasil produksi perikanan yang menonjol meliputi; bandengudang windukepitingrajunganteri nasimujair dan berbagai jenis ikan laut yang lain. Hasil produk perikanan ini oleh masyarakat setempat telah dikembangkan usaha pembuatan Bandeng Presto Duri Lunak dan Terasi.
  • Industri
Sektor industri merupakan salah satu sektor penting dalam membantu laju perekonomian, oleh sebab itu keberadaan industri sebagai salah satu pilar perekonomian di Kabupaten Brebes telah memberi pengaruh dalam perekonomian daerah, meskipun secara demografi mata pencaharian sebagaian besar penduduk adalah sebagai petani.Kegiatan Industri di Kabupaten Brebes dibagi menjadi beberapa kelompok dan cabang yaitu kelompok industri formal cabang agro, kelompok indutri formal cabang tekstil dan kelompok indutri formal cabang logam, mesin dan elektronik.Industri yang ada di Kabupaten Brebes meliputi industri besar, industri sedang, industri kecil dan industri rumah tangga.
Kelompok industri besar merupakan industri formal agro (pabrik teh, pabrik jamur, pabrik gula dan gondorukem).Kelompok industri kecil yang ada di Kabupaten Brebes meliputi industri kecil formal dan non formal. Kelompok industri kecil formal terdiri dari cabang industri agro; elektronika dan aneka; mesin, logam, dan perekayasaan. Sedangkan kelompok industri non formal meliputi industri kimia, agro dan hasil hutan serta elektronika dan aneka.
Kelompok industri kecil yang ada di Kabupaten Brebes meliputi industri kecil formal dan non formal. Kelompok industri kecil formal terdiri dari cabang industri agro; elektronika dan aneka; mesin, logam, dan perekayasaan. Sedangkan kelompok industri non formal meliputi industri kimia, agro dan hasil hutan serta elektronika dan aneka.
Sektor industri yang potensial untuk dikembangkan adalah industri garam iodium diwilayah Kecamtan Wanasari dan Bulakamba, Industri garam curah dengan sentra produksi di wilayah kecamatan Losari, Tanjung, Wanasari dan Brebes, dan industri pengolahan bawang merah


Bangunan dan Tempat Bersejarah

Kebanyakan tempat yang bersejarah yang berbentuk arsitekur bangunannya merupakan peninggalan masa penjajahan Belanda

Wisata Kuliner dan Makanan Khas


Telur Asin Asli Brebes

Sate Kambing Muda khas Brebes & Teh Poci
  • Telur asin asli khas Brebes yang banyak di jual di kios-kios sebelah barat jembatan Kali Pemali
  • Sate kambing muda khas Brebes dengan bumbu kecap, bawang dan cabe rawit, yang tersebar disejumlah tempat seperti di pertigaan Tanjung, Kota Brebes, Ketanggungan dan Jatibarang dan tempat lainnya.
  • Rujak Belut Mak Ribut di desa Cigedong
  • Kupat Blengong dan Sate Blengong, merupakan sate yang terbuat dari daging blengong (sejenis itik) yang biasanya dimakan dengan ketupat, banyak terdapat di warung sekitar alun-alun kota Brebes
  • Pusat penjualan telur asin asli Brebes dan oleh - oleh khas Brebes lainnya di sepanjang Jl. Jend. Sudirman Ketanggungan
  • Bandeng Presto Duri Lunak khas Brebes yang banyak diproduksi oleh warga di sekitar Limbangan kota Brebes
  • Nasi lengko, menu sarapan pagi yang terdiri dari nasi, Ketimun, tahu, tauge, emping, sambal kacang dan kecap.
  • Tape ketan daun jambu, terbuat dari beras ketan (biasanya berwarna hijau) dan dikemas dengan menggunakan daun jambu, sehingga menambah aroma dan rasa.
  • Teh Poci Wasgitel, yaitu minuman teh yang wangi, sepet, legi dan kentel, merupakan minuman khas Kabupaten Brebes dan Tegal yang penyajiannya menggunakan poci dan cangkir yang terbuat dari tanah liat. Dihidangkan dalam keadaan panas dengan pemanis berupa gula batu.
  • Kerupuk rambak yang diprodukis di wilayah Bumiayu, Brebes yang terbuat dari kulit kerbau.
  • Kerupuk rambak (terbuat dari kulit lembur), di daerah Bumiayu

[sunting]Seni dan Budaya

Kesenian daerah yang berkembang antara lain :

[sunting]Rupa-rupa